Kisah Gerbang
Batavia yang Karam
331 Tahun di
Samudera
SEPUTAR BETAWI News - Awal Jakarta tidak bisa dilepaskan dari keberadaan Kastil
Batavia yang dibangun Perserikatan Perusahaan Hindia Timur (VOC). Dari kastil
yang sudah tak berbekas itu, ada cerita tentang gerbang utaranya yang pernah
terendam di dasar samudera.
Setelah
Jayakarta dikuasai VOC dan kemudian berganti nama menjadi Batavia, mulailah VOC
mendirikan pemukiman baru di atas reruntuhan kota yang ditinggalkan
penghuninya. Selain itu, VOC di bawah JP Coen juga membangun benteng baru yang
diberi nama Kastil Batavia. Tujuan pembangunan Kastil Batavia untuk
menggantikan benteng lama (Fort Jacatra), yang tidak mampu lagi menampung semua
aktivitas dan kegiatan dagang VOC.
Seperti
dilansir dari Ensiklopedi Jakarta, karangan Yayasan untuk Indonesia, luas
Kastil Batavia 9 kali lebih besar dari benteng lama. Bangunan kastil
dikelilingi dinding bata yang tebal, pada empat sudutnya dibangun bastion atau
kubu pertahanan yang dilengkapi dengan meriam. Keempat bastion tersebut diberi
nama seperti nama-nama batu mulia. Seperti bastion diamant (intan), bastion
robijn (batu delima), bastion de parel (mutiara), dan bastion safier (batu
nilam).
Realisasinya
pembangunan kastil dipercepat setelah Sultan Agung dari Mataram (1613-1645)
menyerang pertahanan Belanda dua kali, pada tahun 1627 dan 1628. Namun kedua
serangan itu gagal. Untuk menghindari kejadian serupa, VOC akhirnya membangun parit
mengitari Kastil Batavia.
Kastil
Batavia memiliki dua gerbang, yaitu gerbang selatan dan gerbang utara. Gerbang
selatan dalam berbagai versi juga disebut Amsterdamsche poort (Gerbang
Amsterdam), Pinangpoort (Gerbang Pinang) atau Kasteelpoort. Gerbang selatan
merupakan pintu utama menuju Kota Batavia bagi penumpang kapal yang baru saja
berlabuh di pelabuhan Sunda Kelapa.
Untuk
posisi gerbang selatan saat ini berada di persimpangan Jalan Cengkeh
(Prinsenstraat), Jalan Tongkol (Kasteelweg), dan Jalan Nelayan Timur
(Amsterdamschegracht) berhadapan dengan balaikota (stadhuis, atau sekarang
museum sejarah jakarta).
Seiring
berjalannya waktu, kini gerbang selatan sudah lenyap ditelan zaman. Namun
misteri yang menjadi pertanyaan sekarang adalah, kemanakah wujud gerbang utara
atau disebut juga Batavia Portico?
Awalnya,
pembuatan gerbang selatan dan gerbang utara Kastil Batavia dilakukan di
Belanda. Gerbang selatan selesai lebih dahulu dan langsung dikirim ke Batavia.
Namun berbeda untuk gerbang utara, ketika 'Kapal Batavia' membawa gerbang
seberat 32 ton itu, justru tersesat hingga akhirnya karam di Morning Reef Pulau
Abrolhos, 60 km dari Geraldton, Australia pada 4 Juni 1629.
Diduga,
karamnya Kapal Batavia yang menyebabkan puluhan awak kapal mati tenggelam,
karena keteledoran dari Kepala Kelasi Jan Evertsz. Akhirnya ketika kembali ke
Batavia, Evertsz ditangkap dan dieksekusi karena keteledorannya.
Selang
331 tahun kemudian, tepatnya tahun 1960, bangkai kapal Batavia berhasil
diangkat. Dan ketika diangkat, gerbang utara Kastil Batavia tetap kokoh dalam
balutan terumbu karang. Saat ini benteng utara berada di Museum Australia Barat
di Geraldton.
Pada
awal tahun 2000-an pemerintah DKI Jakarta sempat berencana memindahkan gerbang
utara itu ke Jakarta. Namun hingga kini, kelanjutan dari rencana itu tidak
diketahui. Gerbang itu pun masih berada di Australia.
Bang Jaloe
sumber: merdeka.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar